Rabu, 02 Februari 2011

APA YANG TERASA.....

Hidup hanya menunda kekalahan. Bersimpang siur antara kebahagiaan dan kesedihan. Tak selamanya bahagia dan tak selamanya sedih. Ada hitam dan putih. Ada jalan lurus dan bengkok. Bagaikan dua sisi mata logam dalam filosofi cina Yin dan Yang. Terkadang jatuh ditengah, bangkit lagi. Gagal sampai berdarah-darah. Tapi masih berusaha juga untuk berdiri. Sehingga menjadi lebih kuat atau mungkin berusaha untuk menerima kepahitan sebagai kenyataan yang harus diterima.
Pernah menangis terisak, tak dipedulikan orang. Dianggap hanya sebagai penggenap yang ganjil. Bukan siapa-siapa. Tapi karena itulah kita ingin maju. Karena itulah pemicu untuk tangguh. Tak peduli duri dan ranjau. Masih berjalan menghantam bumi dengan langkah tegap. Biarlah semua orang tertawa dan melengos. Tapi jiwa yang merdeka meminta lepas dari belenggu keterasingan.
Jatuh, berdiri. Gagal, mencoba lagi. Menangis, merenung dan tertawa. Memang sisa luka-luka itu, tak akan sepenuhnya bisa dilupakan, tapi hidup harus terus berjalan. Karena hari ini masa depan, dan esok belum pasti datang. Biarlah dianya semua, mejadi penikmat cerita garam kehidupan. Seperti charil anwar yang meradang :

Kalau sampai waktu ku,
Ku mau tak seorangkan merayu
Tidak juga kau,
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini, binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Susah sungguh menaklukan hati. Terkadang keinginan lebih besar dari kemampuan. Berkicuh-kicuh dengan hati nurani. Berpayah-payah memuaskannya. Bertopeng lain demi mendapatkan. Padahal belum tentu itu baik. Ternyata gagal. kepedihan juga yang dihasilkan. Tak syak lagi, menjadi-jadi kesedihan. Didramatisir hawa dan nada. Kata-kata menjadi sasaran pelampiasan. Diungkapkan dalam pinjaman sajak seorang chairil. Untuk mewakili suasana sementara :

Bukan Kepedihan benar yang menusuk qalbu
Kesediaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan diatas duka maha tuan bertahkta

Memang keparat benar pengungkapannya. Tapi cukuplah kata-kata itu menampar sudut-sudut jiwa. Ya, sudahlah. Kita hanya menghamba kepada yang satu.
Semuanya ada garis tangan yang mau tidak harus dijalani. Hanya belum menyukuri bahwa itu sebenarnya kebahagiaan yang sesungguhnya.
Kepada kawan seiring. Sejalanpun mungkin. Tidak disini pula kita akan berakhir. Dalam keadaan terpekur dan tak berdaya. Disudut lorong sempit kamar kosong yang gelap. Karena didalam penjara tergelappun, masih ada cahaya yang tembus agak secercah. Harapan itu masih ada dan akan terus ada. Bagi mereka yang percaya akan Ia. Dan jangan putus asa kawan. Bukankah itu sifat setan. Makanya itu dilarang.
Kita sama dalam perbedaan dan berbeda dalam persamaan. Pernah merasakan kegagalan, kepedihan, penderitaan. Tapi juga pernah merasakan keberhasilan, kesenangan dan kebahagiaan. Sangat adil adanya.
Mari berdamai dengan masa lalu. Tidak pula dilupakan dan tidak pula dirasakan. Karena kita bisa belajar dari pengalaman.

3 komentar:

ianz mengatakan...

mantap ariiiiiiii.............

Muhammad A Vip mengatakan...

masa lalu....damai tak hanya dengan masa lalu tapi juga dengan tetangga yang cerewet. hehe

ianz mengatakan...

tetangga siapa nih yg cerewet...? :D

Random Post