Jumat, 27 September 2013

Bantahan untuk Orang Musyrik

Memahami Tauhid dan Ibadah

Ketahuilah -semoga Allah merahmatimu- bahwa tauhid itu berarti mengesakan Allah dalam ibadah. Tauhid ini adalah ajaran para rasul di mana Allah mengutus para Rasul untuk beribadah kepada-Nya.

Demikian bagian pertama yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad At Tamimi ketika membahas berbagai argumen orang musyrik dalam membela kesyirikannya.

Apa yang Dimaksud Tauhid?

Seperti kita ketahui bersama bahwa tauhid berasal dari mashdar wahhada-yuwahhidu-tauhidan, secara bahasa berarti menjadikan sesuatu menjadi satu. Sedangkan yang dimaksud dalam pembahasan Syaikh Muhammad adalah mengesakan Allah dalam ibadah yaitu menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang berhak untuk diibadahi.

Apa yang Dimaksud Ibadah?

Apa yang dimaksud ibadah? Ibadah secara bahasa berarti tunduk dan merendahkan diri. Sedangkan menurut istilah syar'i, ada berbagai macam versi yang disampaikan oleh para ulama. Ada tiga definisi yang bisa kami sebutkan kali ini:

1- Ibadah adalah sesuatu yang dituntut oleh syari'at dan diberikan ganjaran ketika mengerjakannya. Hal ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika membicarakan masalah wudhu.

2- Ibadah adalah istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Alah yang mencakup perkataan dan perbuatan yang lahir maupun batin. Hal ini disebutkan oleh Syaikhul Islam dalam kitab Al 'Ubudiyah.

3- Ibadah adalah segala sesuatu yang dituntut untuk dilakukan tanpa memakai pertimbangan logika atau 'urf (kebiasaan). Demikian yang biasa dijelaskan ulama ushul ketika mendefinisikan ibadah.

Dari berbagai macam versi definisi ibadah berarti jika ada sesuatu amalan yang mencakup definisi tersebut, maka hanya boleh ditujukan pada Allah saja. Jika ditujukan pada selain Allah, itulah syirik. Amalan batin termasuk ikhlas, bertawakkal, takut, harap dan cinta hanya boleh ditujukan pada Allah semata. Begitu pula amalan lahiriyah seperti do'a, isti'anah (meminta tolong) dan istighotsah (meminta tolong setelah tertimpa musibah), itu semua harus ditujukan pada Allah saja.

Dakwah Para Rasul, Dakwah Anti Syirik

Perintah tauhid atau mengesakan Allah dalam ibadah menjadi dakwah rasul. Tidak ada seorang rasul pun diutus untuk menyampaikan suatu amalan kecuali diawali dengan menjelaskan tauhid terlebih dahulu. Ketika halal dan haram dijelaskan, dakwah anti syirik tetap didahulukan. Karena menjauhi kesyirikan dan mentauhidkan Allah itulah yang menjadi hikmah diciptakannya manusia. Allah Ta'ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (mentauhidkan)-Ku." (QS. Adz Dzariyat: 56).

Dakwah para rasul adalah untuk mentauhidkan Allah dan meninggalkan tradisi kesyirikan. Allah Ta'ala berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

"Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu." (QS. An Nahl: 36).

Awal Mula Kesyirikan dari Berlebihan pada Orang Sholih

Melanjutkan berbagai argumen orang musyrik dalam membela kesyirikan mereka. Sekarang kita akan melihat kembali perkataan Syaikh Muhammad At Tamimi berikutnya. Di mana beliau akan menjelaskan tentang Rasul pertama adalah Nuh dan dan akan dijelaskan pula sesembahan yang ada di masa Nabi Nuh alaihis salam. Dan kita bisa menarik kesimpulan bagaimana kesyirikan bisa muncul di masa itu.

Syaikh rahimahullah berkata, "Awal rasul adalah Nuh alaihis salam. Di mana Allah mengutus Nuh kepada kaumnya. Kaum Nuh beribadah secara berlebihan kepada Wadd, Suwa', Yaguts, Ya'uq dan Nasr." (*)

Ini bagian kedua yang dari penjelasan Syaikh dalam kitab beliau Kasyfu Syubuhaat dan akan kita ulas secara ringkas apa yang dimaksud dengan penjelasan beliau di atas.

Nuh Rasul Pertama

Nuh adalah rasul pertama dan beliau adalah di antara rasul 'ulul 'azhmi. Dan keturunan Nuh tetap terus ada di muka bumi. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman,

وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ

"Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan" (QS. Ash Shaffaat: 77). Manusia selanjutnya adalah keturunan dari Nabi Nuh 'alaihis salam. Anak Nuh ada tiga yaitu Sam, Ham dan Yafits. Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim karya Ibnu Katsir, 6: 380.

Adapun Nabi Adam adalah Nabi yang diajak bicara oleh Allah dan bukanlah Rasul. Sebagaimana disebutkan dalam hadits mengenai Nabi Adam,

آدَمُ أَنَبِيٌّ كَانَ ؟ قَالَ : نَعَمْ ، نَبِيٌّ مُكَلَّمٌ

"Adam, apakah seorang Nabi? Iya, dia adalah Nabi yang diajak bicara." (HR. Ahmad 5: 178).

Nuh Diutus pada Kaum yang Berlebihan terhadap Orang Sholih

Nuh diutus pada kaum yang berbuat syirik di mana mereka telah berlebihan dalam mengagungkan orang sholih. Orang sholih yang dimaksud di sini yang pertama adalah Wadd, Suwa', Yaguts, Ya'uq dan Nasr.

Coba kita perhatikan dalam surat Nuh,

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آَلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

"Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr" (QS. Nuh: 23). Ibnu Katsir berkata bahwa ini adalah nama-nama berhala-berhala orang musyrik. Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 7: 389.

Disebutkan dari 'Ali bin Abi Tholhah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata bahwa berhala-berhala tersebut adalah berhala yang disembah di zaman Nabi Nuh. (Idem, 7: 390).

Awal Mula Kesyirikan: Berlebihan pada Orang Sholih

Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, "Nama-nama yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah nama-nama orang sholih dari kaum Nuh. Ketika orang-orang sholih tersebut mati, maka orang-orang mulai i'tikaf di kubur-kubur mereka. Kemudian berlalulah waktu hingga mereka membuat bentuk untuk orang-orang sholih tersebut dengan wujud patung. Dan perlu dipahami bahwa berdiam (beri'tikaf) di kubur, mengusap-ngusap kubur, menciumnya dan berdo'a di sisi kubur serta semacam itu adalah asal dari kesyirikan dan asal mula penyembahan berhala. Oleh karena itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a,

اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ

"Ya Allah, janganlah jadikan kuburku sebagai berhala yang disembah." (Majmu' Al Fatawa, 27: 79).

Ibnu Taimiyah di tempat lain juga mengatakan,

"Ibnu 'Abbas dan ulama lainnya mengatakan bahwa mereka yang disebut dalam surat Nuh adalah orang-orang sholih di kaum Nuh. Ketika mereka mati, orang-orang pada i'tikaf di sisi kubur mereka. Lalu mereka membuat patung orang sholih tersebut. Lantas orang sholih tersebut disembah. Ini sudah masyhur dalam kitab tafsir dan hadits, serta selainnya seperti disebutkan oleh Imam Bukhari . Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengingkarinya dan mencegah agar tidak terjadi kesyirikan seperti itu. Sampai-sampai beliau shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat orang yang menjadikan kubur para nabi dan orang sholih sebagai masjid. Terlarang shalat di kubur semacam itu walau kubur tersebut tidak dimintai syafa'at. Begitu pula terlarang shalat menghadap kubur tadi. 'Ali bin Abi Tholib pun pernah diutus oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meratakan kubur yang tinggi dan menghancurkan berhala-berhala, serta juga menumpas berbagai patung atau gambar yang diagungkan. Dari Abul Hiyaj Al Asadi, ia berkata bahwa 'Ali bin Abi Tholib berkata kepadanya, "Aku akan mengutusmu sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutusku, yaitu untuk memerintah agar menghancurkan berhala, meratakan kubur yang ditinggakan." Dalam lafazh lain disebutkan agar gambar yang diagungkan itu dihapuskan. Demikian dikeluarkan oleh Imam Muslim." (Majmu' Al Fatawa, 1: 151-152).

Pelajaran yang dapat kita ambil dari kesyirikan yang muncul di masa Nabi Nuh bahwasanya awal mula kesyirikan itu muncul dari sikap berlebihan terhadap orang sholih. Di antara sikap berlebihan adalah beri'tikaf (bersemedi atau berdiam) di kuburnya, berdo'a di sisi kubur orang sholih, membuatkan patung atau monumen untuk mengenang mereka. Maka lihat pula kesyirikan yang terjadi pada para wali, kyai, ustadz dan sunan yang saat ini muncul bermulanya dari sikap berlebihan terhadap kubur mereka. Sampai-sampai ada kubur orang sholih yang terus dicuri pasirnya, hingga kuburnya bisa ambles. Na'udzu billah min dzalik.

Patung Orang Musyrik Hanya Sebagai Perantara

Kembali melanjutkan bantahan untuk orang musyrik setelah sebelumnya dipahamkan mengenai tauhid, lalu penjelasan awal kesyirikan di masa Nabi Nuh. Sekarang ini akan diulas mengenai perihal patung yang dihancurkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan apa maksud tersebut ada. Sebenarnya patung orang sholih hanyalah sebagai perantara dalam ibadah, bukan patung tersebut yang disembah atau ditujukan do'a secara langsung. Banyak di antara kita yang belum memahami hal ini.

Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah berkata, "Rasul terakhir adalah Muhammad -shallallahu 'alaihi wa sallam-. Beliaulah yang menghancurkan berbagai patung orang sholih."(*)

Muhammad adalah Rasul Terakhir

Ini akidah penting yang mesti diyakini setiap muslim. Ia harus meyakini bahwa Nabi Muhammad -shallallahu 'alaihi wa sallam- adalah Rasul yang terakhir, tidak ada lagi Rasul setelah beliau diutus.

Ath Thohawi rahimahullah dalam kitab akidahnya berkata,

وَكُلُّ دَعْوَى النُّبُوَّةِ بَعْدَهُ فَغَيٌّ وَهَوًى

"Setiap klaim kenabian setelah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka itu suatu kesesatan dan hanya sekedar mengikuti nafsu sesat."

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Tsauban radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِى أُمَّتِى كَذَّابُونَ ثَلاَثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِىٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لاَ نَبِىَّ بَعْدِى

"Akan datang dari umatku 30 orang pendusta yang kesemuanya mengklaim dirinya sebagai Nabi. Padahal akulah penutup para Nabi, tidak ada lagi Nabi sesudahku." (HR. Abu Daud no. 4252, Tirmidzi no. 2219 dan Ahmad 5: 278. Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).

Ibnu Abil 'Izz -rahimahullah- berkata, "Kalau disebut beliau adalah penutup para Nabi, maka diketahui bahwa siapa saja yang mengklaim sebagai Nabi sesudah beliau, maka itu adalah klaim dusta." (Syarh Al 'Aqidah Ath Thohawiyah karya Ibnu Abil 'Izz, 1: 250).

Syaikh Sholeh Alu Syaikh -hafizhohullah- berkata, "Siapa saja yang mengklaim dirinya adalah Nabi atau diberi wahyu atau menyatakan diri sebagai Rasul, maka ia kafir dan wajib dibunuh." (Syarh Al 'Aqidah Ath Thohawiyah karya Syaikh Sholeh Alu Syaikh, 1: 176).

Menghancurkan Patung Orang Sholih

Ketika penaklukkan kota Mekkah, Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri atau beliau mengutus utusannya untuk menghancurkan patung-patung di sekitar Ka'bah dan ketika itu ada 360 berhala. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari 'Abdullah bin Mas'ud, ia berkata,

دَخَلَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - مَكَّةَ ، وَحَوْلَ الْكَعْبَةِ ثَلاَثُمِائَةٍ وَسِتُّونَ نُصُبًا فَجَعَلَ يَطْعَنُهَا بِعُودٍ فِى يَدِهِ وَجَعَلَ يَقُولُ ( جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ )

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika memasuki kota Mekkah (untuk penaklukkan), saat itu terdapat 360 berhala. Lalu beliau menghancurkan tongkat di tangannya sembari membacakan ayat (yang artinya), "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap." (QS. Al Isra': 81)." (HR. Bukhari no. 2478 dan Muslim no. 1781).

Dan dari perkataan Syaikh rahimahullah dikatakan bahwa yang dihancurkan adalah patung orang sholih. Namun apakah patung tersebut itulah yang dimaksud untuk disembah atau patung itu hanya sebagai perantara dalam do'a?

Sudah dimaklumi bahwa patung tersebut bukanlah yang dituju dalam ibadah. Sebenarnya yang dituju adalah ruh orang sholih tersebut, patung tadi hanya sebagai perantara. Dari arwah orang sholih inilah yang nanti akan menyampaikan ibadah orang musyrik tadi pada Allah. Sehingga dengan melakukan taqorrub atau pendekatan diri barulah mengantarkan pada ibadah mereka -orang musyrik- pada Allah. Itulah kesyirikan yang terjadi di masa silam di tengah-tengah orang musyrik. Lihat penjelasan Syaikh Sholih Alu Syaikh dalam Syarh Kasyfu Syubuhaat, hal. 53.

Jadi, jangan kira bahwa orang musyrik menyembah patung tersebut secara langsung. Tidak sama sekali. Yang dimaksud adalah mereka hanya menjadikan patung tersebut supaya sampai hajat mereka pada arwah orang sholih dan nanti disampaikan pada Allah.

Orang Musyrik Ternyata Rajin Ibadah

Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, ternyata orang musyrik juga rajin ibadah. Lalu di mana salah mereka sehingga mereka tetap dinilai kafir? Mereka beribadah pada Allah, namun juga di lain waktu beribadah kepada selain Allah. Jadi mereka menduakan Allah dalam peribadatan, itulah maksud syirik yang sebenarnya.

Sama dengan pelaku kesyirikan saat ini, di antara mereka adalah orang yang rajin ibadah, jidatnya "ireng" (hitam) atau bahkan sudah menunaikan ibadah haji sampai berulang kali, juga bergelar pemuka atau tokoh agama. Namun mereka telah salah jalan karena teganya menduakan Allah dalam ibadah.

Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah berkata, "Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- diutus di tengah-tengah kaum yang rajin ibadah, berhaji dan rajin bersedekah serta rajin berdzikir pada Allah. Akan tetapi, mereka menjadikan sebagian makhluk perantara antara diri mereka dengan Allah. Mereka berkata, "Kami ingin mendekatkan diri pada Allah dan kami ingin syafa'at mereka di sisi Allah." Mereka yang dimintai syafa'at itu adalah para malaikat, 'Isa, Maryam, dan orang sholih lainnya." (*)

Ini penggalan keempat dari pernyataan Syaikh Muhammad rahimahullah dalam risalah beliau Kasyfu Syubuhaat.

Orang Musyrik Ternyata Rajin Ibadah

Memang benar orang jahiliyah di masa silam adalah orang yang rajin ibadah. Di antara mereka adalah orang yang rajin berpuasa, mereka pun rajin shalat, mereka pun orang yang rajin berdo'a, bahkan mereka pun berhaji. Mereka juga menunaikan zakat, sedekah, rajin menjalin hubungan dengan kerabat (baca: silaturahim), dan suka berqurban. Mereka pun mendekatkan diri pada Allah dengan melakukan thawaf, menyendiri untuk ibadah (tahannuts), i'tikaf, dan bersuci dari hadits besar serta selain itu.

Mereka tidak hanya punya i'tiqod (keyakinan) bahwa Allah adalah pencipta dan memiliki sifat-sifat rububiyah yang lain, itu saja. Namun mereka juga beribadah pada Allah dengan shalat, zakat, haji dan puasa. Sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Muhammad rahimahullah bahwa mereka itu melakukan haji dan rajin bersedekah.

Orang Musyrik Bersuci dari Hadats

Orang Arab dahulu sudah dikenal bahwa mereka pun bersuci dari hadats dan dari junub karena keluarnya mani. Ketika keadaan junub seperti itu mereka menyingkir dari tempat ibadah. Junub pun berarti menjauh sebagaimana ditemukan dalam ayat Al Qur'an,

وَالْجَارِ الْجُنُبِ

"dan tetangga yang jauh" (QS. An Nisa': 36). Tetangga dalam ayat ini berarti jauh. Oleh karena itu, orang yang keluar mani kala itu disebut dalam keadaan junub karena mereka dahulu diperintah menjauh dari Ka'bah. Mereka menjauh dari tempat ibadah sampai mereka suci. Jadi bersuci dari junub sudah ma'ruf di kalangan orang Arab termasuk kalangan orang musyrik di masa silam.

Adapun bersuci dari hadats kecil, maka itu hanya terdapat pada sedikit kelompok dari orang Arab dahulu. Begitu pula ditemukan bahwa para wanita juga bersuci dari haidh. Ini pun sudah sangat dikenal di masa silam. Intinya, orang Arab di masa silam sudah mengenal thoharoh atau bersuci.

Orang Musyrik Juga Berpuasa

Orang musyrik di masa silam juga berpuasa denagn puasa yang berbeda dengan yang kita lakukan. Sebagaimana diceritakan dalam hadits berikut,

عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِى الْجَاهِلِيَّةِ ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُهُ ، فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Dahulu orang Quraisy di masa Jahiliyah melakukan puasa 'Asyura. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun melakukan puasa tersebut. Ketika beliau tiba di Madinah, beliau melakukan puasa 'Asyura itu dan memerintahkan para sahabat untuk melakukannya. Ketika puasa Ramadhan diwajibkan, beliau meninggalkan puasa 'Asyura. Beliau pun mengatakan bahwa siapa yang mau, ia bisa berpuasa. Siapa yang mau, ia bisa meninggalkannya." (HR. Bukhari no. 2002).

Orang Musyrik Melakukan Shalat dan I'tikaf

Orang musyrik juga melakukan shalat dengan ruku' dan do'a yang mereka menyebutnya dengan shalat. Itu sudah sangat ma'ruf di tengah-tengah mereka. Namun dalam shalat tersebut tidak ada sujud.

Begitu pula mereka melakukan i'tikaf dalam rangka ibadah. Sebagaimana hadits yang ma'ruf dari Ibnu 'Umar,

عَنِ ابْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما - أَنَّ عُمَرَ سَأَلَ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ كُنْتُ نَذَرْتُ فِى الْجَاهِلِيَّةِ أَنْ أَعْتَكِفَ لَيْلَةً فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ، قَالَ « فَأَوْفِ بِنَذْرِكَ »

Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma, ia pernah bertanya pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Aku pernah bernazar di masa jahiliyah untuk beri'tikaf semalam di Masjidil Haram." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lantas bersabda, "Tunaikanlah nazarmu." (HR. Bukhari no. 2032 dan Muslim no. 1656).

Begitu pula orang musyrik di masa silam biasa menyepi untuk melakukan ibadah (baca: tahannuts). Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah menyepi untuk beribadah di goa Hira sehingga menerima wahyu.

Ibadah Lain yang Dilakukan Orang Musyrik

Sebagaimana Syaikh Muhammad rahimahullah mengatakan di atas bahwa orang musyrik juga rajin sedekah. Orang musyrik pun rajin berdzikir dengan memuji Allah sebagaimana ditemukan dalam sya'ir-sya'ir Arab. Dan juga sudah sangat ma'ruf, orang musyrik melakukan haji dan umrah di Baitullah.

Berbagai cerita di atas dapat dibuktikan dari kitab-kitab semacam Bulughul Arob karangan Al Alusi, Adyanul 'Arob karya 'Ali Al Jarim, dan juga kitab Tarikhul 'Arob Al Mufashol Qoblal Islam.

Terus Apa Masalahnya?

Sebagaimana sudah terbukti bahwa orang -musyrik- Arab tidaklah jauh dari ibadah. Ibadah yang mereka adalah warisan dari ajaran Nabi Ibrahim 'alaihis salam, sebagiannya lagi adalah dari ajaran Nabi Musa 'alaihis salam. Orang musyrik itu mengakui tauhid rububiyah, yaitu bahwa Allah adalah pencipta, pemberi rezeki, penguasa jagad raya dan pengatur alam semesta. Sebagaimana ayat yang membuktikan hal ini,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

"Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah." Maka katakanlah "Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (QS. Yunus: 31).

Jadi masalahnya, bukanlah dalam keimanan pada rububiyah. Masalahnya adalah mereka menduakan Allah dalam ibadah. Mereka menjadi hamba yang bertauhid (muwahhid) dalam hal rububiyah dan bahkan mereka adalah ahli ibadah. Namun hal itu tidak bisa menjadikan mereka sebagai seorang muslim. Karena orang musyrik beribadah kepada Allah dan juga beribadah kepada selain Allah. Mereka tidak mau beribadah kepada Allah semata. Di samping Allah, mereka juga beribadah kepada berhala mereka yang merupakan wujud orang sholih. Jadi, inti masalahnya karena orang musyrik itu menduakan Allah dalam ibadah. Itulah alasan kenapa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerangi orang musyrik dan mengafirkan mereka. Dan bukan sama sekali, orang musyrik menyembah Laata, 'Uzza, Manat, dan lainnya karena mereka adalah pencipta dan pemberi rezeki. Namun mereka menyembahnya hanya sebagai perantara dan pemberi syafa'at.

Sumber :
http://rumaysho.com/belajar-islam/aqidah/4433-bantahan-untuk-orang-musyrik-1-memahami-tauhid-dan-ibadah.html
http://rumaysho.com/belajar-islam/aqidah/4489-bantahan-untuk-orang-musyrik-2-awal-mula-kesyirikan-dari-berlebihan-pada-orang-sholih.html
http://rumaysho.com/belajar-islam/aqidah/4498-bantahan-untuk-orang-musyrik-3-patung-orang-musyrik-hanya-sebagai-perantara.html
http://rumaysho.com/belajar-islam/aqidah/4507-bantahan-untuk-orang-musyrik-4-orang-musyrik-ternyata-rajin-ibadah.html

Tidak ada komentar:

Random Post